Minggu, 21 Juli 2013

Puisi Seorang Buruh Bangunan



Aku bukan siapa-siapa hanyalah seorang kuli/buruh yang hanya menjadi alas kaki para konglomerat,rela bekerja walaupun di saat siang dan malam,panas mencekam,badai menerpah tanpa mengenal waktu,demi mencari sesuap nasi.

Puisi Seorang Buruh Bangunan

Gemuruh mesin terdengar jauh disana Dibawah angin menghembus telingaku Hati bergetar seakan didepan mata Denyut nadiku berdetak detik demi detik Darah mengalir di urat tubuhku tanpa henti-hentinya

Siang berganti malam Semilir udara meniup didadaku Seakan aku jatuh dipuncak ketinggian Debu-debu liar berterbangan tak beraturan Lumpur kental menempel disepatuku

Rambut carut marut berantakan menghiasi kepala wajah kusam dan berdaki mencoreng kulit tubuhku Keringat bercucuran bagai air mancur Air mata meneteskan melihat kesedihan Hanya karena mencari sesuap nasi

3 komentar:

Dwexs mengatakan...

Ijin comot min, puisinya ??

Dwexs mengatakan...

Ijin comot min puisinya !!!

Dinamika Indonesia mengatakan...

Ijin comot alinea 2