Minggu, 21 Juli 2013

Kisah sang kuli bangunan yg sangat penyedih kan, bahkan sanggub menetesan air mata bagi si pembaca nya

Kisah sang kuli bangunan yg sangat penyedih kan, bahkan sanggub menetesan air mata bagi si pembaca nya.
Biskal - Cerita Cinta : Kekasih Dokter Seorang Tukang Batu - Kisahku di lain hari, tentang cerita cinta yang pernah aku jalani. Ceritaku berawal dari sebuah pertemuan tanpa sengaja, dengan seorang gadis yang sangat manis. Berkenalan dan berteman hingga beberapa waktu. Aku seorang pengangguran yang kerja serabutan, dan dia seorang calon dokter wanita yang cantik.

Awalnya keakraban kami hanya sekedar teman, tumbuh menjadi hubungan persahabatan dan akhirnya terjerat pada lingkaran cinta. Tapi memang dunia sudah terbalik, dia yang menyatakan cinta lebih dulu padahal aku juga punya perasaan itu. Dan aku menerimanya dan demikian pun dia menerima aku apa adanya.

Getelah gelar kehormatannya di terima sebagai seorang dokter, ia mulai bekerja di sebuah rumah sakit swasta di kota kami berada. Kami layaknya seperti pasangan lain yang sedang dilanda mabuk asmara. Semua berjalan normal, hingga pada akhirnya, aku diminta menemui orang tuanya.

Awal pertemuan orang tuanya sudah menampakkan rasa tak senang, dan setelah ia tau bahwa aku hanya seorang pengangguran dengan kerja serabutan. Lama sering aku berkunjung ke rumah kekasih ku yang tercinta, tetapi sikap tak senang itu semakin tampak pada mereka. Hingga pada satu hari aku berkunjung ke rumah kekasihku. Tk kudapati ia di rumah, hanya ada orang tuanya.

Kata orang tuanya, dia (kekasihku) sedang keluar bersama teman kerjanya, seorang dokter yang gagah. Kemudian sikap tak senang orang tuanya pun di munculkan melalui kata-kata. Masih segar dalam ingatanku apa yang mereka katakan. "Kamu tidak pantas untuk anakku, lihat dirimu, pengangguran dan berpendidikan rendah, tidak seperti anakku yang seorang dokter dan juga telah berpenghasilan. Saya yakin, penghasilanmu setahun tidak akan sama banyak dengan penghasilan anakku dalam satu bulan".Kata-kata itu seperti sebuah sambaran pertir menghantamku seketika hingga terkapar.

Aku pergi meninggalkan rumah itu, dan tak pernah lagi menoleh kebelakang, dan sejak saat itu, aku tak pernah lagi mendengar khabar tentang kekasih ku tercinta. No Hp ku ganti, aku pindah alamat secara diam-diam bersama keluargaku.

Pekerjaan ku serabutan sebagai seorang tukang batu, kuli bangunan sampai pada petugas kebersihan. Dari situ aku belajar tentang bisnis property. Awalnya aku di tawari pekerjaan satu koppel bangunan perumahan, terdiri atas 10 unit perumahan. Aku menawarkan pada pemilik perumahan, bahwa aku siap nbekerja di perumahan itu dan memohon jika menyelesaikan 10 unit rumah, maka aku mendapat satu unit sebagai imbalanku.

Memang, gaji borongan per unit sekita 15 juta rupiah, dah harga satu unit rumah adalah sebesar 150 juta rupiah. Dan permohonan ku dikabulkan. Saya berhasil menyelesaikan pembangunan sebanyak 30 unit dan mendapatkan 2 unit rumah sebagai upahku, dan satu unit lagi aku ambil dalam bentuk tunai untuk perongkosan untuk buruh yang ku gunakan.

Berbekal 2 rumah itu aku mendapatkan modal dan menjualnya. Dan bersyukur, saya mendapatkan modal sebesar 300 juta. Dan mulailah saya menekuni bisnis itu. Awalnya saya membeli tanah yang berukuran sekitar 4 unit rumah saja dengan harga 100 juta. Kemudian saya membangun 4 unit itu dengan sisa 200 juta. Saya masih membangun pribadi, karena tidak punya cukup modal untuk mendirikan perusahaan depelover.

Dan ke 4 rumah itu sukses saya jual dan saya mendapatkan dana dari 4 rumah itu sebesar 600 juta. Dan terus seperti itu hingga memasuki 3 tahun. Tahun ke 5 saya telah berhasil menjadi salah seorang depelover terbesar di daerah saya. Dan telah berhasil membangun 500 unit perumahan dan dengan aset yang sangat besar. Kemudian tahun itu pula saya dinikahkan orang tua saya dengan gadis pilihannya.

Dan pada satu hari, sebuah pertemuan tentang property 3 pengusaha muda sukses meminta saya memberikan materi dan saya menghadiri. Setelah beberapa lama berdiri memberikan materi, saya terdiam sejenak, melihat sepasang orang tua sedang duduk di deretan kedua. Saya mengenalinya dan sepertinya mereka mengenali saya juga.

Dan benar, setelah materi selesai dan saya beranjak meninggalkan ruangan, kedua orang tua itu mengikuti saya dari belakang. Tiba di lobi mereka memanggil saya, "Nak tunggu sebentar". Saya berhenti, tapi tidak berbalik, karena luka hati saya sepertinya masih menganga lebar. "Ada apa bapak mengikuti dan memanggil saya, jika materi saya kurang jelas, silahkan baca buku yang dibagikan tadi dalam ruangan pertemuan" jawabku tanpa berbalik.

"Aku mengenalmu, bukankah kamu dulu yang mencintai anakku". Tanya orang tua itu "Bukan, mungkin bapak salah orang" jawabku "Berbaliklah, biarkan aku melihat wajah mu" kata orang tua itu Aku berbalik, "Bukan, itu bukan aku" jawabku "Tidak mungkin, aku mengenalmu dan yakin itu kamu" katanya lagi "Aku seorang pengusaha property, dan yang mencintai anak bapak dulu adalah seorang pengangguran miskin, jadi bapak salah orang" jawabku.

Mendengar perkataan ku, kedua orang tua itu menangis dan berpelukan. "Kami bukan memohon untuk kamu kembali pada anakku, tetapi saya cuman ingin menyampaikan khabar bahwa, sejak kepergianmu, anak kami sakit, sudah kami obati keberbagai tempat bahkan keluar negeri tetapi tetap saja tidak bisa mengobatinya. Kurang makan, banyak diam dan melamun, dan hanya terus memandangi fotomu, cuman itu yang ingin kami sampaikan".

Kami telah lama mencarimu, kami yakin yang bisa mengobati anak kami hanya kamu. Itu kami lihat dari cara ia menatap foto mu, sorot mata kerinduan yang teramat besar terhadapmu. Kami merasa bersalah telah memisahkan kalian, selama 5 tahun kami mencarimu, tetapi tidak menemukan keberadaan kamu.

Mendengar perkataan itu saya tertunduk, kemudian saya berbalik dan meninggalkan kedua orang tua itu.

Setiap hari saya terbayang tentang kondisi mantan kekasih ku kini, yang kutinggalkan tanpa mengucapkan kata selamat tinggal. hingga mulai muncul rasa bersalah dalam diriku. Kemudian kuputuskan untuk menemuinya dengan harapan ia bisa sembuh. Tetapi di sisi lain, aku memikirkan pernikahan ku yang baru saja berselang 3 minggu.

Lama aku pertimbangkan akhirnya aku menuju rumah kekasih ku dulu, ku tekan bel rumahnya, tampak pembantunya membukakan pintu, kemudian mempersilahkan aku masuk. Tidak lama datanglah kedua orang tua mantan pacarku. tak lagi nampak di mata mereka sebuah sikap seperti dulu, tetapi kejadiannya berbanding terbalik, kini terlihat senyum bahagia di wajah mereka.

"Terima kasih telah datang" kata mereka. "Aku datang hanya untuk berpamitan pada anak bapak" jawabku Mendengar perkataanku, kini senyum itu hilang dari wajah mereka. "Temuilah ia di taman belakang" sambung orang tua itu. Saya lalu berdiri dan menuju taman belakang rumah. Sampai di pintu belakang orang tua itu berhenti dan begitupun dengan saya. Terlihat seorang gadis duduk dan menatapi sebuah foto tanpa henti, sesekali kulihat ia menghapus air mata.

Orang tua itu lalu memintaku menghapiri anaknya, dan saya dengan langkah sedikit mulai mendekat kearah gadis itu. Setelah berada di belakang gadis itu saya melihat dan memperhatikan apa yang sedang ia pandangi. Ternyata foto kami berdua. "Hai ..." sapa ku dengan suara ku agak lrih. Ia berbalik, dan terkejut saat melihatku. Dan tanpa berkedip, ia telah memelukku, keras sekali, sangat keras pelukan itu hingga membuat ku sesak. Kemudian si susul dengan tangisan yang luar biasa. Seperti sebuah tangisan yang telah tertahan selama ribuan tahun.

Dari pelukan itu aku merasakan sebuah kerinduan yang begitu besar. Lalu aku menatap ke arah kedua orang tua yang berdiri di pintu belakang yang terus memandangi kami juga menangis. Sebuah tangisan kegembiraan melihat anaknya bisa melepaskan kerinduan.

Lama ia memelukku dan mulai terasa pelukan itu sedikit ringan, tidak lagi sekeras tadi. Kemudian terdengar suaranya sangat kecil dan di barengi isapan tangisan, "kakak dari mana ?, mengapa kakak pergi tanpa kabar, mengapa kakak sepertinya tidak mau lagi peduli dengan ku, mengapa kakak meninggalkan aku sendirian".

Pertanyaan itu begitu menyakitkan, sepertinya gadis ini tidak tau masalah yang terjadi. Aku hanya diam, dan mencoba melepaskan pelukannya, namun sepertinya kerinduan itu belum juga habis. Lama dia memelukku hingga kini aku mulai merasakan bahwa kerinduan itu benar-benar telah ditumpahkan. Dan kini ia mulai bisa mengendalikan emosi.

Ia melambai pada orang tuanya, dan meminta mereka untuk menghampiri kami. Kemudian mengajak kami duduk di kursi taman itu. Ia duduk dekat sekali padaku, mungkin karena sisa-sisa kerinduannya masih ada.

"Sebenarnya, maksud kedatangan saya kemari hanya untuk berpamitan" kataku, memulai pembicaraan. "Apa ?, kenapa kakak meninggalkan kau lalu kembali, kemudian pergi lagi!" Kata gadis itu terlihat kaget. "Sebenarnya kedatangan ku hanya untuk meminta kamu bisa melupakan aku dan hidup normal" Jawabku dengan ragu.

"Nak, kami merestui kalian, dan kami bisa menikahkan kalian dengan segera" kata bapak tua itu "Aku tidak bisa menikahi putri bapak" jawabku dengan wajah tertunduk "Kenapa kakak tidak bisa menikahi aku, apa kakak sudah punya gadis lain" tanya gadis itu mendesak "Jujur saja, aku telah menikah 3 minggu yang lalu dengan pilihan orang tuaku" jawabku Sontak gadis itu kaget dan menangis histeris kemudian memelukku dengan keras "Aku tidak rela, kakak menikah dengan orang lain, kenapa kakak tidak menikahi aku" sambung gadis itu sambil menangis "Jodoh itu di tangan tuhan, dan kita hanya bisa berupaya" kataku mencoba menenangkan. Saya tak ingin menceritakan kejadian 5 tahun silam tentang perlakuan orang tuanya, agar mereka tidak salah paham. Dan dalam hatiku berkata, seandainya kejadian ini terjadi 3 minggu lalu mungkin ceritanya akan lain dan akan berakhir bahagia.

Mendengar perkataan ku, kulihat wajah penyesalan dari raut wajah kedua orang tua itu, dan terlihat kesedihan mendalam melihat kondisi putri tunggal nya yang patah hati.

"Aku ingin engkau hidup normal, dan aku yakin ada cinta buat kamu di dunia ini yang lebih baik dari aku" kataku mencoba menghibur.

Lama kami terdiam, lalu saya berdiri, "jika engkau mencintai aku, carilah cinta sejati mu, karena aku akan bahagia, melihat mu bahagia". Kemudian aku permisi.

Mereka bertinga mengantarku sampai ke gerbang pagar rumah megah itu. Ku salami mereka bertiga, terlihat ketidak relaan terutama pada kekasih dulu, kekasih dokter seorang tukang batu. Aku berjalan menjauh dan sama seperti dulu, saat aku di usir, aku tak pernah berbalik dan berkata dalam diri "Yang kutinggalkan adalah masa laluku yang terlupakan
.

Tidak ada komentar: